Rabu, 12 September 2012

Sekilas Perkayuan di Jepara

Sebelum tahun 1999 tepatnya sebelum krismon pihak perhutani belum begitu komersil dalam penjualan akar jati. Biasanya penebangan pohon jati dengan menyisakan kurang lebih satu meter batang pohon. Itu dimaksudkan untuk mempermudah proses penebangan. Padahal kalau kita gali, masih ada sekitar setengan meter batang pohon yang terpendam. Bayangkan saja masih ada batang kayu satu setengah meter yang tersisa dari sisa penebangan tersebut. Padahal kalau dirupiahkan satu setengah meter kayu jati dengan diameter 60 cm bisa mencapai lima juta saat itu. Hal itu dimanfaatkan para perajin di Jepara untuk mendapatkan bahan baku murah dengan kuwalitas kayu yang sangat bagus. Banyak di antaranya batang kayu jadi dijadikan benda-benda kerajinan bahkan dijadikan produk furniture yang sangat menarik. Seperti produk macan kurung dari daerah Mulyoharjo, Jepara dan meja kursi kepiting karya Muchodi yang spektakuler waktu itu. Keuntungan  ini rupanya terendus oleh pihak perhutani, mereka tidak lagi menjual batang dan akar kayu jati sebagai limbah hutan akan tetapi dijual berdasar hitungan per kubik. Lagi-lagi para perajin di Jepara dibuat kalang kabut. Mereka yang biasa mengambil akar jati dengan harga yang murah bahkan bisa-bisa gratis terpaksa harus berhadapan dengan kebijakan perhutani. Apakah lantas hal ini membuat para perajin resah...tentu tidak. Bagi orang-orang kreatif keterbatasan bahan baku malah membuat  inovasi dan kreatifitas mereka bertambah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons